Muna, Sultramedia – Pemkab Muna kembali menata ulang investasi program jagung kuning. Salah satunya dengan menjalin kerjasama baru dengan PT Sentosa Utama Lestari, usai putus kontrak dengan PT DNA.
PT Sentosa Utama Lestari merupakan perusahaan agrikultur terpadu yang bergerak di bidang pengolahan jagung kering. Perusahaan ini merupakan anak perusahaan dari PT Japfa Comfeed Tbk.
Nantinya, akan menjadi perusahaan yang siap secara finansial melakukan pembelian hasil produksi jagung petani di Muna.
Kepala Dinas Pertanian Muna, Anwar Agigi menyebut, secara finansial PT Sentosa Utama Lestari jauh lebih siap dibandingkan dengan perusahaan sebelumnya. Mundurnya PT DNA karena persoalan finansial sehingga saat ini pengelolaanya masih ditangani langsung UPTD Dinas Pertanian.
“Anak cabang dari PT Japfa Comfeed Tbk itu jauh lebih siap,” ujarnya, Senin (2/9/2024).
Anwar menerangkan, hingga saat ini masih dalam proses rintisan dan proses administrasi. Selain itu para petani juga perlu melakukan standarisasi jagung tentu saja dalam upaya meningkatkan kualitas dan harga jagung.
Penetapan harga untuk standarisasi yakni pengantaran langsung dengan kondisi basah dikenakan Rp 325/kg. Sedangkan jagung tongkol lepas kulit Rp 450/kg. Tetapi jika masih bersama kulit, petani menyiapkan biaya standarisasi sebesar Rp 500/kg.
Kemudian, misalnya sudah masuk standarisasi lalu pihak Japfa menawari harga belum masuk dalam harga standar, maka jagung bisa dititip di gudang pabrik. Karena Japfa group juga mengikuti harga pasar, maka proses tunda jual itu dibolehkan.
“Itu ada hitungannya, ada biaya tenaga kerja, biaya listrik, operator, kuality kontrol termasuk PAD didalam. Harga itu jauh lebih murah daripada dilaksanakan sendiri petani. Jadi kita mudahkan urusannya,” jelasnya.
Ia berharap ada kelompok-kelompok yang mengorganisir hasil petani sehingga bisa membawa hasil petani minimal hasil pipilan 25 ton atau 35 ton jagung tongkol.
Bagi masyarakat yang ingin menjadi suplayer jagung bisa daftar di UTPD pertanian, baik itu kelompok petani atau siapapun yang ingin menjadi suplayer.
Kedepannya, kata Anwar, Pemerintah Kabupaten Muna akan menyiapkan bibit jagung kepada masyarakat. Penentuan bibit akan diserahkan kepada petani.
Misalnya, petani mau benih merek BC, akan direkomendasi untuk diadakan supaya bisa dipertanggungjawabkan atas permintaan petani. Selain itu, juga sudah melakukan sosialisasi kargo laut rencana pengapalan hasil bumi di Muna yang bisa dibawah langsung di Surabaya.
“Yang hadir dari PT Greycia Makmur Sultra,” terangnya.
Sementara itu, Pimpinan cabang PT Santosa Utama Lestari, Ikrar mengatakan pihaknya mendukung penuh Pemkab Muna dalam mengembangkan program jagung kuning.
Pihaknya, siap membeli jagung kuning masyarakat sesuai standar basa yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu maksimal kadar air 15 persen.
“Harapan kami, petani jagung khususnya di Kabupaten Muna standar kadar airnya tidak seperti tahun sebelumnya. Dimana dari tahun 2018 kami sebagai pembeli, banyak kami tolak produksi jagung dari Muna karena kadar airnya 20 – 23 persen,” sebutnya.
Lanjutnya, kehadiran mereka di Muna dengan mendapat support dan dukungan Pemkab Muna dalam produksi jagung dan pemenuhan standarisasi.
Apalagi kata dia, di Kabupaten Muna telah memiliki pabrik di dalamnya ada pengering dan gudang yang bisa menampung ribuan ton jagung.
Sebagai pembeli, pihaknya telah melakukan pembelian jagung di Sulawesi Tenggara. Hanya saja khusus di Kabupaten Muna dan Muna Barat banyak yang ditolak karena kadar airnya tidak memenuhi standar.
“Inilah yang kami sosialisasikan dengan pak kadis dan tim serta dukungan pemerintah kabupaten Muna untuk bagaimana jagungnya petani tidak lagi berakibat jamur karena kadar airnya tinggi,” ucapnya.
Tentu saja, dengan adanya pabrik jagung kata dia sangat membantu para petani. Penjualan secara langsung ke pihaknya harus membawa jagung kering sesuai standar yang telah ditetapkan pemerintah maupun pihak perusahaan yaitu 15 persen kadar air.
“Mereka harus menjual jagung kering sesuai standar kadar air yang ditentukan, hanya kadang faktor cuaca. Jadi saran kami sebagai pembeli dengan keberadaan mesin pengering pabrik Jagung di Desa Bea ini yang harus kita manfaatkan sehingga sistemnya satu pintu. Kita Pun pake yang disnaa saja, jadi standarnya sudah ada tinggal pilihannya ke mereka. Jadi standarnya dulu kita tetapkan baru kemudian kita mengikuti harga pasar,”jelas Ikrar.
Ia mengatakan, PT. SUL membeli jagung untuk kebutuhan pakan ternak yang diolah di pakan ternak di Surabaya. Pembelian jagung di Sulawesi Tenggara sejak Januari 2018. Untuk Sultra saat ini sangat sedikit, belum mencapai target, dimana dari awal 2018 baru mencapai 750 ton.
Di tahun selanjutnya, pihaknya sempat mendapatkan sampai 2.500 ton, turun di musim pandemi dan mencapai 2.000 ton lebih. Untuk Muna targetnya sebanyak mungkin, petani bawa di pabrik ditimbang sesuai standar yang ditetapkan langsung dilakukan pembayaran.
“Target kami dalam setahun 45 ribu ton dalam setahun, untuk harga kami tetap mengacu pada harga pasar,” pungkasnya.