Muna, Sultramedia – Para Dokter di RSUD dr. H. LM Baharuddin, M.Kes gelar mogok kerja, Senin (2/6/2025).
Dalam tuntutannya lewat spanduk yang dibentangkan, mereka meminta pembayaran insentif selama 8 bulan (Oktober 2024 s/d Mei 2025) dengan insentif seperti semula di kisaran 30 juta.
Mereka juga menyatakan mosi tidak percaya kepada manajemen RSUD dr LM Baharuddin dan memohon maaf kepada seluruh masyarakat Muna karena tidak melakukan pelayanan hingga waktu yang belum ditentukan.
Berikut daftar dokter yang ikut mogok kerja:
- dr. H. La Ode Tamsila, Sp.OG.MKes (Dokter kandungan);
- dr. Ruhwati Kadir, Sp. OG. Mkes (Dokter kandungan);
- dr. Wa Ode Radmila, Sp.Og (Dokter kandungan);
- drg. Riki Indra Kusuma (Dokter bedah mulut);
- drg. La Ode Akhmad Tahrir, Sp.B.M.M. (Dokter bedah mulut);
- drg. Wa Ode Sri Rahayu (Dokter ahli gigi);
- dr. Suhardi, Sp. A., Mkes (Dokter Ahli Anak);
- dr. Rasdiana, SP.PD (Dokter interna);
- dr. Erviani Zuhriah, Mkes, Sp. PK (Dokter Patalogi Klinik);
- dr. Wa Ode Ridhayani, Sp. M.Mkes (Dokter Mata);
- dr. Mudasir, Sp. THT-KL, Mkes (Dokter THT-KL);
- dr. Wa Ode Imelda Efendy, Sp Rad (Dokter radiologi);
- dr. Sitti Rosmahsari, Sp. GK (Dokter gizi klinik);
- dr. Wa Ode Harniana, Sp KJ., M.Kes (Dokter jiwa);
- dr. Karman, Sp.S., M.Kes (Dokter saraf);
- dr. Agus Susanto Daud Lindu, Sp.An (Dokter anestesi); dan
- dr. Raditya Pratama, Sp.B (Dokter Bedah).
Jubir Projo Muna, LM Sawal Fitra menyayangkan aksi para Dokter tersebut. Aksi mogok kerja akibatkan terganggunya layanan kesehatan kepada masyarakat.
Apalagi, kata Dia, dari 17 nama ada 2 mantan direktur RS yang diduga sebagai dalang aksi mosi tidak percaya kepada manajemen dan mogok kerja. Yakni, dr Tamsila yang pernah menjabat sebagai direktur dikisaran tahun antara 2014 dan 2015. Kemudian, dr Agus dari tahun 2016-2019.
“Sangat disayangkan, apalagi ada 2 mantan direktur yang paham kondisi RS dan daerah. Seharusnya mereka jadi penengah dan penenang, bukan sebagai dokter yang saya duga sebagai dalang provokator sehingga ada mogok kerja,” ujarnya.
Ia melanjutkan, para dokter yang menggelar mogok hampir semua ternyata selain memberikan jasanya di RS juga membuka praktek di luar hingga 24 jam. Ia menilai, ini tentu saja berpengaruh terhadap kinerja mereka di RS. Apalagi, keluhan masyarakat Muna terhadap kinerja dokter sangat tinggi.
“Hampir semua dokter yang ikut mogok ini punya praktek diluar sampai 24 jam. Seharusnya mereka tau diri dan pahami kondisi,” ucapnya.
Sementara itu, Direktur RSUD dr. H. LM Baharuddin, M.Kes, Muhammad Marlin menyebut, aksi mogok kerja para dokter seharusnya tak perlu dilakukan. Hal ini dikarenakan pihaknya telah bekerja keras melakukan segala upaya menuntaskan masalah insentif.
“Kita sudah siapkan untuk membayar insentif hanya saja para dokter menolak karena di tahun 2025 ini hanya terima 20 juta. Mereka maunya tetap sama dengan tahun 2024 sebesar 30 juta,”.
Marlin menyampaikan, insentif para dokter yang belum terbayarkan yakni bulan Oktober-Desember 2024 sebesar 30 juta dan ini menjadi utang pihak RS dan Pemda Muna yang akan tetap terbayarkan. Sementara di tahun 2025 sesuai Perbup yang dikeluarkan, besaran insentif hanya sebesar 20 juta. Sehingga ia tak bisa memutuskan kebijakan untuk menyamaratakan pembayaran tersebut.
“Pembayaran insentif ini subsidi silang dari keuangan BLUD RS dan Pemda Muna. Kondisi keuangan saat ini tak bisa untuk membayarkan sesuai permintaan mereka. Apalagi sudah ada aturan mengenai besaran insentif, jadi kami tak bisa menyahuti itu, Kecuali dari Pemda Muna sendiri yang mengiyakan,” kata Marlin.