Muna, Sultramedia – Insiden bendera merah putih tergulung saat upacara penurunan bendera HUT RI ke- 79, di Lapangan Kantor Bupati Muna, Sabtu (17/8/2024) dinilai sebagai hal yang wajar dan tak perlu menjadi polemik.
Hal itu diungkapkan oleh Laode Muh Ichandra Kirana Prasetyo, Pemuda asal Kabupaten Muna yang saat ini menempuh studi di Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisip UHO.
Menurutnya, insiden tersebut harus dijadikan sebagai bahan introspeksi dalam memaknai kemerdekaan bukan dijadikan sebagai polemik. Apalagi saat ini memasuki tahun politik jelang Pilkada serentak 2024 yang dapat dijadikan sebagai isu propaganda.
Ia justru menekankan, seharusnya insiden tersebut dimaknai bahwa untuk meraih kemerdekaan tak semudah membalikkan telapak tangan. Tentu saja dengan melihat kebelakang, bagaimana kerasnya perjuangan para pahlawan untuk mendapatkan kehidupan yang merdeka penuh dengan pengorbanan jiwa dan raga.
“Kita seharusnya bangga dengan pencapaian adik-adik Paskibra yang telah gigih penuh keuletan dan kedisiplinan dalam mensukseskan HUT RI Ke- 79,” ujarnya, Minggu (18/8/2024).
Apalagi saat ini, kata Ichandra, yang paling penting adalah bagaimana memaknai arti dan mengisi kemerdekaan. Upaya itu, bisa dengan belajar soal kegigihan dalam mengejar hidup yang lebih baik. Tantangan yang dihadapi kini bukan lagi perkara penjajahan maupun medan perang, melainkan musuh tak kasat mata.
Sehingga, penting mengisi kemerdekaan dengan hal positif demi kebangkitan bersama termaksud berperan aktif dalam proses pembangunan nasional maupun di daerah.
Ia menambahkan, upaya branding isu melalui medsos tak sepatutnya dilakukan apalagi demi merusak tatanan yang telah terjaga dengan baik. Apalagi dengan tujuan-tujuan tertentu yang tak memiliki manfaat sama sekali. Tak kalah penting juga adalah bagaimana cara mengkritik tanpa mengedepankan tendensius.
Ia juga mengkritik, video bendera tergulung saat diturunkan berdurasi 30 detik yang dibagikan ke medsos dinilai sebagai tendensius dan tak bernilai positif. Tujuannya tak memiliki nilai karena mengkritik tanpa tujuan membangun. Apalagi dengan narasi yang terbangun, seakan-akan tak ada pencapaian yang bagus.
“Mari bersama membangun dan mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif. Merdeka!!!,” pungkasnya.